اللهم انك تعلم أن هذه القلوب قد اجتمعت على محبتك، والتقت على طاعتك، وتوحدت على دعوتك، وتعاهدت على نصرة شريعتك، فوثق اللهم رابطتها، وأدم ودها، واهدها سبلها، واملئها بنورك الذى لا يخبو، واشرح صدورها بفيض الإيمان بك، وجميل توكل عليك، واحيها بمعرفتك، وأمتها على الشهادة فى سبيلك، إنك نعم المولى ونعم النصير


Dalil-Dalil Syahadatain-شهادتين و بالأدلتها

Dalil-Dalil Syahadatain-شهادتين و بالأدلتها

Muhammad Ali ash-Shabuni menjelaskan dalam kitab Sofwah at-Tafasir bahwa ” Syahidallahu annahu laa ilaha illa ana. Bahwa ayat ini menjelaskan,sesungguhnya orang yang menyatakan ( syahadat tauhid ) maka didatangkan pada hari kiamat.lalu Allah Azza wa jalla berfirman: “ Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku ,dan Aku adalah yang paling berhak menepati janji,masukanlah hamba-Ku ke syurga.... More >>
Makna Hijrah

Makna Hijrah

Adapun perkataan Hijrah itu asal mulanya terambil dari pada perkataan "hadjara" yang mempunyai makna amat berbagai-bagai, menurut keadaan, kejadian dan waktu dipakainya perkataan itu. Diantara makna-makna yang terkandung di dalam perkataan "hadjra" itu adalah seperti berikut :. [...] More >>
Hakikat Dienul Islam

Hakikat Dienul Islam

Dalam Al Qur’an kata Ad-Din diulang sebanyak 92 kali. Pada surat-surat Makiyah 47 kali dan pada surat-surat Madaniyah 45 kali, melihat pengungkapan kata Ad-Din pada surat Makiyah dan Madaniyah, maka dapat dikatakan bahwa porsi kata Ad-Din pada keduanya berimbang. Kondisi ini mengindisikasikan bahwa di Makkah dakwah Islam untuk memperkenalkan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, sedangkan pada zaman Madaniyah lebih pada penataan atau pendalaman dari Ad-Din... [...] More >>
Ummatan Wasathan

Ummatan Wasathan

Kalimat thoyyibah " Laa ilaha illallah " para ulama mengatakan ada dua kandungan rukun, yaitu An-Nafyu (penafian) dan Al-itsbat (penetapan). Seorang muslim yang mereflesikan kalimat tauhid pasti menafikan segala yang disembah selain Ilahul Haq dan menetapkan hanya Allah saja yang berhak untuk disembah. Karena hanya Allah yang Haq, yang lain adalah Bathil. Itulah makna hakiki dari tauhid.[...] More >>

6.6.08

HIKMAH SHALAT

HIKMAH DAN AJARAN
DARI PADA KEWAJIBAN SHALAT

Lebih dahulu baiklah diketengahkan, bahwa bukanlah sekali-kali maksud kami dalam karangan ini hendak menjadikan kupasan-kupasan yang jelas luas ditinjau dari segala sudut dan segi, sekitar shalat dan kewajiban atasnya.

Melainkan hanyalah mengambil beberapa hikmah dan ajaran daripadanya, sekedar yang boleh menjadi sebab lebih sempurnanya amal kita kedepan, amal bakti mutlak kepada Alloh Swt, diluar kewajiban melakukan shalat, karena untuk menguraikan dengan sejelas-jelasnya hal yang sepenting itu, niscayalah menghendaki kitab tersendiri yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut. Bolehlah kiranya tugas wajib suci ini kami serahkan kepada para ‘ulama, fuqaha, yang memang memiliki keahlian di dalamnya.

1. Selain shalat, masih banyak lagi wajib lainnya dalam ajaran islam yang hukumnya juga Fardhu ‘ain atau sesuatu wajib mutlak atas diri tiap-tiap muslim tanpa kecuali. Wajib yang tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan apa dan manapun juga ! Wajib yang harus dijalankan, walaupun banyak tantangan, rintangan, halangan, fitnah, coba, goda dan lain-lain alang perintang dalam melaksanakannya.

Wajib yang harus dijalankan, dengan tidak mengingat akan setuju atau penolakan manusia diluar dirinya ! Tegasnya : Wajib yang harus dan wajib dilaksanakan, hanya karena perintah Alloh belaka, bukan karena perintah guru atau kehendak orang tua, bukan pula karena seruan sanak keluarga dan siapapun juga. Tiap-tiap sehari 5 kali tiap muslim melakukan wajib mutlak melakukan shalat.

Pertanggungjawaban atas berlakunya wajib yang siang dan malam selalu dikerjakan dengan tertib dan teliti, serta menuju satu arah yang pasti itu, lambat laun melahirkan hikmat dan ajaran yang berguna dan berfaedah dalam melakukan wajib bakti yang lainnya, baik fardhu kifayah mengenai diri pribadi seseorang terhadap Alloh langsung maupun mengenai masyarakat, Negara, dan alam semesta diluarnya.

A). Shalat menimbulkan rasa kesadaran beragama, kesadaran melakukan wajib Suci. Kesadaran serupa ini amat perlu dalam tiap-tiap jiwa muslim; yakni : Kesadaran melakukan wajib suci, karena perintah Alloh semata dan tidak karena sesuatu diluarnya.

Lambat laun dan lama kelamaan, maka pendidikan batin dan asuhan ruhani semacam itu yang dilakukan hamper terus menerus, akan memupuk dan memperkembangkan sifat dan tabiat yang melekat pada jiwa dan ruh; tahu akan wajib serta sanggup dan mampu melakukannya. Meskipun mula-mula disertai dengan rasa segan, rasa terpaksa, rasa malu, ajal, dan lain sebagainya, ialah sifat-sifat kelemahan diri. Jika didikan dan asuhan ini dilaksanakan terus menerus , maka orang akan memperoleh keyakinan yang makin bertambah-tambah kuat, akan manfaat dan perlunya melaksanakan wajib, tahu harganya melakukan wajib, tahu ruginya meninggalkan wajib.

Kemudian timbulah keinginan, untuk selalu tinggal atau duduk di dalam wajib.Tidak hanya dalam melakukan ( shalat ) bakti mutlak kepada Alloh, tetapi juga dalam tiap-tiap tingkah laku dan gerak-gerik, inginlah ia tetap dalam wajib, tetap dalam melakukan perintah alloh, tetap dalam bakti kepada Alloh. Sehingga hidup dan matinya, jiwa dan raganya, serta segala sesuatu yang ada padanya senantiasa disajikan untuk dipergunakan dan dikorbankan lagi mencukupi wajib, memenuhi seruan dan panggilan illahi.

Rasa wajib yang menumbuhkan kesediaan dan kesanggupan berkorban serupa inilah, yang seharusnnya menjadi hiasan jiwa seriap muslim, terutama wataknya (karakter) setiap mujahid ! Alangkah besar dan tingginya nilai harga dari seseorang hamba Alloh yang sunggu-sungguh karena kesadaran jiwanya dan persaksian kenyataan ruhnya, tahu, sanggup, pandai, dan kuasa melakukan wajib, baik fardhu’ain maupun fardhu kifayah !

B ). Selanjutnya kesadaran dan rasa wajib itu akan menumbuhkan rasa tanggungjawab yang makin hari makin bertambah besar. Berkat latihan dan perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan pada setiap yang ditentukan dan menurut cara-cara adan aturan tertentu. Tanggungjawab disini dengan serba singkat boleh dairtikan :

a). Tanggungjawab kepada Alloh, dengan mengingati pembalaancaman siksa, baik semasa hidupnya di dunia maupun setelah pulang kembali balik ke alam kubur. Rasa tanggungjawab yang bersendikan dan tumbuh dari hati yang ikhlas dan sikap jujur serta setia hati. Tidak karena sesuatu, melainkan hanya karena Alloh belaka.

b). Tanggung jawab kepada dunia. Mulai diri pribadi hingga masyarakat dunia dan seterusnya.

C ). Karena Shalat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, menurut cara dan tata tertib tertentu pula, jika dilakukan dengan seksama sepanjang ajaran Nabi, maka dari padanya bolehlah diharapkan tumbuh beberapa sifat yang baik-baik, yang menuntun kepada kesempurnaan ‘amal diantaranya ialah :

a). Tahu akan berharganya waktu dan pandai pula menggunakannya.

Sifat ini akan menginsyafkan orang, untuk suka mempergunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, terutama bagi melakukan darma baktinya kepada Azza wa Jalla. Tiap waktu terluang, melainkan tiap-tiap saat diisinya dengan bakti, tiap-tiap hembusan nafasnya dan tiap-tiap tetes darahnya akan dipergunakan bagi memuliakan Agama, menegakan kalimatillah, sehingga tiadalah kesempatan dan jalan untuk iblis melakukan tipu dayanya, dan tertutuplah pintu bagi syetan melancarkan gangguan dan cobaanya.

Semboyan dari pepatah jahil “ Waktu adalah uang” harus diganti dengan “Waktu adalah Bakti”. Oleh sebab itu : isilah tiap-tiap saat sepanjang umurmu dengan bakti suci. Janganlah sia-siakan waktu, walaupun sedikit sekalipun. Sekali lampau, tiadalah ia kembali! Sadarilah sungguh-sungguh akan harganya waktu.

b). Tertib, hati-hati. Teliti dan seksama dalam tiap-tiap perbuatan. Sifat dan cara yang demikian ini amat diperlukan dalam penyelenggaraan berlakunya tiap-tiap hukum Alloh, dan pelaksanaan tiap-tiap wajib suci yang manapun juga.

Inilah saat Taqwa yang harus dan perlu menjadi hiasan jiwa setaip muslim sejati!Maka dari sendirinya kita akan dapat menghukumi diri dan amal sendiri serta memeriksa segala langkah kita setapak demi setapak (Muroqobah) sehingga terhindarlah kita dari perebuatan salah, keliru dan sesat serta tetap pada jalan yang dilimpahi rahmat dan ridho illahi. Hanya takut kepada Alloh dan tidak pada sesuatu di luarnya adalah dasar terkuat dalam melakukan wajib.

2. Tiap-tiap orang hendak melakuan shalat selalu menetapkan Niat, baik diucapkan dengan lisan maupun tidak. Memang niat adalah pangkal tiap-tiap amal. Tiada Niat tiada pula harga amal itu. Hadist mengatakan bahwa “ Sesungguhnya amal itu tergantung daripada niatnya”.

Niat harus bulat. Misalnya: kalau kita niat shalat, maka terlebih dahulu bulat sempurnalah tergambar di dalam hati dan pikiran kita akan barang apa yang hendak kita kerjakan, menurut rencana tertentu dengan segala syarat dan rukun didalamnya. Shalat dimulai dengan Takbir dan disudahi dengan salam. Jadi niat, memerlukan rencana atau program amal yang tertentu, gambaran projek yang pasti dan tujuan yang sempurna, mulai pangkal hingga ujungnya, mulai A hingga Z seperti jika di dalam Shalat , mulai Takbir hingga Salam.

Oleh sebab itu, jika kita telah menetapkan Niat bulat, buatlah program amal yang tertentu dengan gambaran projek’amal yang jelas, dari pangkal sampai pada ujungnya. Bagi setiap pemimpin umat, terutama bagi pemimpin-pemimpin Mujahidin Negara kurnia Alloh, harus memperhatikan apa yang dituliskan diatas! Agar supaya segala cita-citanya jangan merupakan khayal atau impian belaka! Segala sesuatu yang dikerjakannya hendaklah disertai dengan kesadaraan yang mendalam.

3. Kalau kita diatas mengambil hikmah dan ajaran dari rukun shalat (dari Takbir hingga salam) maka baiklah sekarang kita mengalihkan pandangan kita kepada Syarat syahnya Shalat. Misalnya Wudhu, mensucikan diri dari hadast besar atau kecil dan lain-lain sebagainya. Setelah Ulama Fuqoha mengajarkan antara lain : “ Wuhdu diluar niat hendak shalat, tidaklah wajib hukumnya, sedang wudhu yang dikerjakan karena hendak menunaikan shalat, wajiblah hukumnya.

Jadi boleh diambil kesimpulan daripadanya, bahwa jika menuju ke-suatu maksud dan melakukan seseuatu tugas illahi, wajib hukumnya, maka mengusahakan syarat untuk melakukan wajib itupun wajib pulalah hukumnya. Suatu tamsil dalam amal bakti (diluar shalat) berikut dibawah ini.

a). Melakukan perintah alloh wajiblah hukumnya, melakukan perintah nabi, ialah sebagian dari pada perintah alloh, wajib pulalah hukumnya. Melakukan perintah Ulil Amri Islam demikian pula hukumnya.Juga karena wajib ini diperintah oleh alloh. Apa gerangan yang diperintahkan oleh Alloh ( Nabinya dan Ulil Amri Islam) ?

b). Apa gerangan yang diperintahkan oleh Alloh (Nabinya dan Ulil Amri Islam) ? Tidak lain ialah : Jalankan Hukum-hukum Alloh, hukum-hukum yang termaktub dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Jadi berlakunya hukum-hukum Alloh, Hukum-hukum Islam wajiblah hukumnya.Inilah wajib pokok, dasarnya segala cita-cita Islam, ujungnya maksud dan tujuan tiap-tiap hamba Alloh, yang mengaku muslim. Dan intisari dari pada ideologi islam.

c). Untuk mencapai maksud dan tujuan yang suci dan cita-cita yang murni, sepanjang perintah illahi itu, yakni : Berlakunya Hukum-Hukum Alloh, Hukum-Hukum Islam, maka diperlukan berdirinya suatu kekuasaan Negara, yang sanggup dan mampu menjamin berlaunya Hukum-Hukum Alloh, Hukum-Hukum Islam. Kekuasaan Negara yang dimaksudkan ialah Kekuasaan Islam, di dalam Negara Islam, ialah sesuatu Negara yang semata-mata bersendikan kepada perintah-perintah Alloh dan Nabinya, termaktub di dalamnya : Hadist-Hadist yang shahih dan Undang-undang serta Peraturan-peraturan Negara yang dikeluarkan oleh Ulil Amri Islam, Tegasnya Imam Negara Islam.

Bagi kita, letaknya Negara tersebut di Indonesia, yang karenanya dinamakan Negara Islam (Ad-daulatul Islamiyah /Negara Kurnia Alloh) Selanjutnya, Negara tersebut harus mempunyai kedaulatan dan kemerdekaan bulat sempurna, dalam segala segi dan lapangan, keluar dan kedalam. Sehingga kekuasaan Negara tersebut adalah Kekuasaan Islam yang penuh lengkap, tidak tergantung dan terpengaruh oleh pihak yang manapun juga. Soal jawab di bawah ini kiranya dapat memberi gambaran yang lebih jelas dan lebih tegas atas soal-soal sekitar kekuasaan, Negara dan lain sebagainya, yang dimaksudkan :

1. Pertanyaan 1: Adakah kekuasaan Negara yang bukan kekuasaan islam sanggup menjamin berlakunya hukum-hukum Alloh, Hukum-hukum islam di dalam Negaranya ?

Jawabnya : Tidak! Dan tidak mungkin!, melainkan Hukum-hukum islam hanyalah dapat dijamin berlakunya oleh pemerintahan dan kekuasaan islam. Lain daripada itu, tidak!

2. Pertanyaan 2 : Adakah satu kekuasaan yang dapat menjamin melaksanakan syariat islam secara Total, yang berada didalam Negara yang bukan Islam, seperti Negara Pancasial, Negara Sosialis, Negara komunis atau lainnya ?

Jawabnya : Tidak! Dan memang tidak mungkin. Melainkan Pemerintahan Islam atau kekuasaan Islam hanyalah ada di dalam Negara Islam! Tegasnya : Bagi kita umat Islam bangsa Indonesia, Lain dan luar dari itu tidak !

3. Pertanyaan 3 : Adakah pemerintahaan atau kekuasaan Islam dan Negara Islam yang tidak penuh kedaulatan dan kemerdekaanya, dapat menjamin, sanggup dan mampu melakukan Hukum-Hukum alloh, Hukum-Hukum Islam di dalam Negaranya ?

Jawabnya : Tidak!, Sekali-kali Tidak! Melainkan Hukum-Hukum Alloh selengkapnya,hanya dapat dijamin berlakunya di dalam Negara Islam dengan kekuasaan Islam yang bebas merdeka 100 % dan berdaulat bulat-lengkap sepenuh-penuhnya. Lain dari itu, dan di luar itu. Tidak! Oleh sebab itu, maka Usaha mencapai Kekuasaan Islam, Ikhtiar menggalang Negara Karunia Allah, berdaulat dan merdeka 100% wajiblah hukumnya!

d). Untuk memperoleh Kekuasaan, Kedaulatan dan Kemerdekaan Islam yang sejati, maka perlulah dibangunkan Kekuatan. Karena tanpa kekuatan sejati tidak mungkin tercapainya Kekuasaan. Adapun yang dimaksudkan dengan kekuatan disini ialah : Segala kekuatan lahir dan batin, ideologis, politis, militer, psykologis, ekonomis dan lain-lain lagi; Kekuatan dalam segala lapangan dan segi, yang menjadi syarat dan rukun untuk mencapai maksud tersebit diatas.

Oleh sebab itu, maka mencari kekuatan untuk menunaikan wajib suci, dalam sifat dan bentuk yang manapun juga, sepanjang ajaran islam, maka wajib pulalah hukumnya.

4. Jalan Taqarrub kepada Allah.

Ajaran lainnya, yang bisa kita peroleh dari perjalanan suci Isra dan Mi’raj Rosululloh SaW,ialah Jalan Taqarrub kepada Alloh, juga terkenal dengan jalan Munajat. Tegasnya : Jalan atau usaha yang boleh membawa manusia, hamba Alloh yang bersangkutan mendekatkan diri kepada Alloh, menghampiri nikmat kurnianya, mendapatkan rahmat dan ridhanya.

Maka langgenglah hendaknya ingat kepada Alloh, atau Dzikrulloh mudawwamah. Tetaplah ia berpegang kuat-kuat dan percaya sepenuhnya atas tolong dan kurnia langsung dari Alloh. Ialah sikap Jiwa yang dinamakan Isti’anah. Dan kuat teguh sentausalah persaksiannya akan kekuasaan dan kebesaran Alloh ialah sikap jiwa yang disebut Mujahadah. Inilah sikap jiwa yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang yang termasuk golongan Arifin billahi, orang-orang yang ma’rifat kepada Alloh. Sedang ma’rifatulloh di sini hendaknya diartikan :

a). Tahu akan Alloh, tahu akan melakukan wajibnya kepada Alloh, tahu akan Alloh dalam makna hakiki, karena kurnia alloh langsung kepada hamba kekasihnya dan

b). Sadar sepenuhnya, bahwa segala perbuatan lahir dan batin, tidak lepas dari pengetahuan dan persaksian Alloh yang meliputi segala sesuatu. Alangkah tinggi dan mulianya nilai harga dari pada nikmat kurnia Alloh sebesar itu yang boleh dilimpahkan nya kepada sekalian hamba kekasihnya! Semoga ia berkenan menjadikan kita sekalian, Mujahidin seluruhnya, orang-orang yang termasuk golongan Muqarribin! Insya Alloh.., Amin.

5. Bila kita suka menjelajah dan merenugkannya lebih jauh dan lebih mendalam, Segala apa yang mengenai isi dan kulit dari hasil mungil dan buah-isi dari perjalanan suci Isra Miraj itu, terutama mengenai hal shalat, maka masih amat banyak sekali hikmah dan ajaran yang masih kita dapat darinya, diluar shalat sendiri.

Maka bukanlah niat kami dalam karangan ini untuk menginjak lapangan yang amat luas itu. Bagi para pembaca budiman, yang mempunyai hasrat dan himmah dalam lapangan ini, maka untuk sementara ini cukuplah kirannya, jika dengan ini kami menyampaikan seruan suci sebagai berikut :

Jalankan shalat wajib atau shalat sunnat dengan mencontoh tauladan dari Rosululloh, seperti yang dijalankan beliau pada masanya. Tepat jangan dikurangkan dan jangan pula dilebihkan dengan sengaja, innsyaf dan sadar. Artikan dan fahamkan segala isi dan maksud ucapan, sebutan, bacaan dan gerak gerik yang langsung atau tidak langsung bersangkutan dengan itu.

Insya Alloh, niscayalah dari padanya tiap-tiap pelaku akan dapat memperoleh hikmah dan ajaran yang amat besar dan berharga, bagi diri pribadinya maupun pelaksanaan dan penyempurnaan ‘amal bakti lainnya di luar shalat sendiri.

Diantara hikmah-hikmah dan ajaran-ajaran yang banyak itu antara lain adalah :

a).
Kenyataan Ruh, yang melepaskan kita dari segala macam keraguan dalam semua lapangan, dan makin bertambah tebalnya kepercayaan ( iman ) kita kepada Alloh serta semakin bertambah kuatnya keyakinan kita akan benarnya segala perintah Alloh. Kenyataan Ruh ini akan membangkitkan Kesadaran ruhani, ialah satu kurnia Alloh yang boleh dilimpahkannya kepada para Aulianya (wali-wali Alloh), kepada para shadiqin, shalihin dan lain-lain hamba Alloh yang setingkat dan sederajat dengan itu.

b). Jiwa Besar, ialah satu natidjah dari sifat,tindak,laku dan ‘amal yang membesarkan Alloh. Jiwa besar tidak terpengaruh oleh alam dan masyarakat;tidak tergoyang karena pendirian dan aliran lain;tidak akan terpikat oleh lambaian iblis dan godaan syetan; walhasil pengaruh dunia tidak sedikitpun meninggalkan bekas padanya; tidak akan dapat mengubah sikap dan pendiriannya; tidak akan menghambat ‘amal perjuangannya. Bahkan sebaliknya, seorang yang berjiwa besar terus sanggup menghilangkan pengaruh dunia dan lebih jauh harus sanggup dan pandai menguasai dunia dan alam semesta.

Periksalah : riwayat orang-orang besar didunia, terutama tarikh para Anbiya dan para Rasul. Jiwa demikian itu kiranya amat patut sekali menjadi miliknya setiap Pemimpin Ummat Islam, terutama Pemimpin Mujahiddin, Penggalang Negara Kurnia Alloh dan seluruh unsur didalamnya . Walaupun hal ini mengenai diri seorang pribadi, namun manfaat dan maslahatnya, guna dan faedahnya, pengaruh dan pancaran sinar cahayanya, akan meliputi kepentingan umum, kepentingan ummat, Negara dan Agama.

Oleh sebab itu, maka hal ini akan menjadi pertimbangan berat dan faktor amat penting, dalam usaha memperjuangkan nasibnya sesuatu bangsa, istimewa sekali dalam usaha sucu Menegakkan Kalimatillah. Seorang yang berjiwa besar tidak berbuat dan bertindak hanya mengikuti jalannya riwayat manusia sebagai “maf’ul (Objek), laksana sampah hanyut dibawa air, melainkan ia berbuat dan bertindak membuat sejarah dan menentukan jalannya riwayat manusia sebagai “fail” (subjek) atau pelaku.

Hendaklah kenyataan ini diinsyafi dan diperhatikan dengan seksama oleh setiap pemimpin Ummat, terutama pemimpin Negara Kurnia alloh, yang mempunyai pertanggungjawaban berat dan besar atas nasibnya ummat dan bangsa serta agama dimasa mendatang! Periksalah lembaran-lembaran sejarah dunia, terutama tarikh orang-orang shaleh dalam tiap–tiap massa.

c). Hati Sakinah, Tenang, dan Tentram, Tahan dan Ulet, dalam menghadapi segala sesuatu, si waktu si pelaku lagi melaksanakan tugasnya, mencukupi wajib suci. Tiada alam dan dunia yang boleh mempengaruhi! Tiada goda dan coba, yang halus maupun yang kasar, yang boleh menghambat, memperlambat atau menghentikan usaha sucinya!

Tiada tipu daya yang dapat membelokan langkah dan arah tujuannya! Laksana “batu karang di tengah-tengah samudra teduh” Sebesar-besar badai dan angin taufan memukulnya pada setiap saat, seterik-terik panas matahari membakarnya, namun batu karang tetap tegak teguh dalam pendiriannya semula, menjulang ke angkasa, mengatasi segala macam ujian dan cobaan dunia! Keadaan ini boleh kita bandingkan dengan isi pepatah : “ Tidak lapuk karena hujan, Tidak lekang karena panas “. Inilah sikap Istiqamah dalam tiap-tiap laku dan ‘amal, ialah salah satu natidjah dari hati Sakinah, tenang, tentram dan tabah.

d). Pikiran yang tajam dan Cerdas, karena didalam Shalat selalu terlatih menyembuhkan pikiran dan memusatkan segala usaha lahir dan batin, dengan tidak merubah sikap atau pendirian, dalam berdiri dan duduk, dalam ruku dan sujud, tidak menengok kekanan atau kekiri. Hanya satu arah dan kiblat yang dihadapinya, hanya satu maksud yang ditujunya, hanya satu rencana tugas dan wajib yang lagi dilaksanakannya, hanya satu ideologi yang selalu diharap-harapkan tercapainya!

Pikiran yang bulat semacam ini sungguh amat besar harga nilainya bagi mereka, yang hanya naik mendaki tinggi, terbang membumbung ke atas, menuju kepada kecerdasan dan pengetahuan yang luas dan sempurna. Oleh sebab itu, janganlah shalat “sambil lalu” atau main-main! Dan jangan sekali-kali sambil “lupa kepada Alloh”, tidak sadar dan tidak mengerti akan apa yang diucapkan dan dilakukannya! Usahakanlah hingga sempurna!

e). ‘Amal, kita akan lebih sempurna dan usaha kita akan lebih lancar, ialah satu tanda bukti akan bertambah-tembah kuatnya iman dan makin tebal bersihnya Tauhid. Maka segala ‘amal akan dilakukan dengan sekuat-kuat tenaga lahir dan batin, dan dengan apapun yang ada padanya, hingga tiap-tiap hembusan nafas dan tiap-tiap tetes darahnya hendaknya disertai dengan kesadaran melakukan wajib suci.

Walhasil segala sesuatu, di dalam dan diluar dirinya, disajikan dan dipersembahkan sebagai bakti suci kepada Zat Wahidul Qahhar. Inilah sifat Isttha’ah yang wajib dipunyai oleh setiap muslim, terutama mujahid, pelaksana Tugas ilahi.

f). Mencegah manusia melakukan perbuatan-perbuatan mungkar, salah, jahat, keji, kejam, busuk, hina, rendah dan seterusnya.

g). Memelihara manusia tetap pada jalan yang diliputi Rahmat dan ridha ilahi, sehingga tetaplah ia selama-lamanya dalam naungan dan lindungan Alloh, dan senantiasa terhindar dari pada jalan dan perbuatan yang sesat, salah dan keliru.

h). Dan lain-lain hikmah dan ajaran yang setiap pembaca, yang suka mentafakkuri segala perintah Alloh serta alam sekalian sekelilingnya, akan dapat memperolehnya.
Silahkan melakukannya dengan cermat dan seksama!

Kutipan dari As-syahid SMK



















1 comments:

El-Qolam said...

Terima kasih atas artikelnya semoga bermanfaat. Untuk memperluas cakrawala, inilah hikmah shalat lainnya:
Tetapi tahukah Anda bahwa ada bagian syaraf yang berada dalam otak ternyata tidak bisa teraliri oleh darah, kecuali orang tersebut dalam keadaan sujud / shalat. Posisi jantung yang letaknya berada di dada tidak cukup kuat memompa darah untuk sampai keseluruh bagian otak. Otak berada di atas sedangkan jantung berada dibawah. Posisi sujud yang menempatkan kepala berada dibawah dan jantung berada di atas, membuat darah mengalir dengan deras keseluruh bagian otak. Seperti mobil yang bergerak pada jalan yang menurun, akan melaju dengan cepat walaupun tidak digas. Begitu pula dengan darah. Mengalir cepat dengan membawa oksigen yang dibutuhkan oleh seluruh bagian tubuh manusia. Inilah salah satu manfaat sujud.

Ternyata Allah memerintahkan shalat bukan hanya sekedar beribadah semata, melainkan untuk kemaslahatan hidup manusia itu sendiri. Menurut Prof Hembing, Jantung hanya mampu memompa darah sebanyuak 20% kebagian otak, sedangkan 80% lainnaya hanya dapat dilakukan lewat sujud / shalat. Dengan demikian seharusnya kita bersyukur kepada Allah, telah diperintahkan shalat. Bukan sebaliknya, malah malas-malasan untuk shalat, bahkan sebagian kaum muslimin ada meninggalkannya sama sekali.

Cobalah renungkan seandainya otak tersebut idak mendapat pasokan oksigen, akibatnya akan fatal. Kemampuan otak akan menurun, daya pikir menjadi lemah. Begitu pula daya ingatan menurun drastic dan cepat lupa. Pada akhirnya urat syaraf menjadi rusak dan mati.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa ada bagian syaraf yang berada dalam otak tidak pernah teraliri oleh darah kecuali saat orang tersebut dalam posisi sujud. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dr. Fidelma, seorang ahli syaraf dari Amerika yang beragama Kristen. Dokter tersebut sangat terkagum-kagum terhadap hasil penelitiannya. Aliran darah hanya dapat menyebar keseluruh bagian otak hanya dalam keadaan sujud. Penelitian tersebut akhirnya membuka hatinya untuk mendapat hidayah, yaitu mengakui ketinggian dan kebenaran ajaran Islam. Penlitian tersebut menuntunya masuk Islam.

Christology

'Tuhan' Yesus versus Tuhannya Yesus

Dalam buku A Question that Demans an Answer

(Jawaban yang Disingkap­kan), seorang misionaris yang menamakan diri Abd Al-Masih membanding-bandingkan antara Yesus dan Muhammad. Perbandingan ini dilakukan secara licik dengan mencomot dalil-dalil Al-Qur‘an dan Hadits yang tidak semestinya. More...»»

Ĭ
Site Kata Islam Search


Iqra > Kata Islam
Directory of Religion Blogs
______________________________________________________________________________________________________________
Site Meter kata islam Powered by FeedBurner Add to Google Reader or Homepage SEOmoz Linkscape Score: 1.9 Find Blogs in the Blog Directory Religion Blogs - Blog Top Sites TopOfBlogs Religion Top Blogs

© Copyright 2008 Kata Islam. All rights reserved | template by uniQue menu with : CSSplay photo header : pdphoto
Best View with Mozilla Firefox | Subscribe to Kata Islam by Email