DI UJUNG waktunya yang senja..., udara panas tetap membakar kulit dan hati. Apalagi kala malam nyaris tak ada yang menyelimuti tubuh yang menggigil, dan membalut jiwa agarlah reda gemuruh kepahitan. Si papa tua di ujung sudut kehidupan. Menjerit tiada daya, mengeluh tiada sandaran. Menangis tiada guna karena kini tak ada lagi tempatnya untuk berpijak mencari keadilan. Dimanakah kini jiwa-jiwa kerdil ini bersandar.
Bila kita sibak sejarah khalifah, seorang nenek tua masih bisa mengadu dan mengeluh keadaan hidupnya dan lantang berbicara bahwasanya seorang khalifah yang dulu sebelum menjabat sebagai khalifah, ia biasa membantunya memeras susu dan mencarikannya air untuk keperluan hidup si nenek tua. Namun setelah menjadi khalifah, ia tidak lagi membantu memeras susu binatang piaraan si nenek. Teguran itu tidak membuat naik pitam sang khalifah, akan tetapi ia malu dan segeralah ia bergegas dan mengunjungi si nenek tua tadi, hingga semua ummatnya pun ia kunjungi.
Akan tetapi bila kita saksikan kenyataan saat ini, apa gerangan yang terjadi bila ummat mengeluh? pastilah cibiran, memandang sebelah mata, saling menyalahkan, tidak mau tahu karena ego, bahkan bisa jadi lepas tangan, jawaban yang bakal di terima umat kecil. Padahal sudah jelas di depan mata umat itu merintih, menangis, kelaparan bahkan hinaan pun ia sandang, uluran tangan dan hati masih juga belum berlabuh di dermaga kehidupan umat jelata.
Ada apa dengan pemimpin dan aparat-aparat kita saat ini? Apakah mereka sudah tak mengenal lagi hukum allah? Apakah mereka hendak melenyapkan Dien Allah?
Jiwa ini tak sempurna, namun disetiap detak jantung mencoba untuk berbuat kebaikan. Walau diantara itu ada kerikil yang memahat hati,
Jiwa ini tak sempurna, namun disetiap detak jantung mencoba untuk berbuat kebaikan. Walau diantara itu ada kerikil yang memahat hati,
Ya,,,,,biarkan mereka berjalan dengan tawa terbahak bagi mereka yang berkhianat. Karena aku yakin disela tawa itu ada air mata kepedihan dan aku tetap yakin Engkaulah Ya Allah Hakim yang sebaik-baiknya.
Riwayat Dailami dari ibnu Abbas, barang kali kita jadikan suatu pelajaran, bahwa kondisi kita saat ini seperti demikian adanya.
Artinya : Lenyapnya Dien karena tiga macam : 1. Orang yang alim yang durhaka, 2. Imam (pemimpin) yang aniaya, 3. Mujtahid yang bodoh.
Hadist diatas dapat kita gambarkan dengan kondisi sekarang ini. Seorang ulama yang fasih dengan tutur bahasanya, yang dengan gelar itu bertender dibawah sorbannya yang berkilau, yang dengan gagahnya keluar masuk kota dengan bertahtakan peci peludru, berwasiat dan beramanat kepada umat jelata. Namun dibalik kemegahan itu, ia berkhianat akan ucapannya sendiri, ia ingkar dengan amanahnya sendiri, ia melakukan kemaksiatan, ia berdusta, ia mempermainkan suatu amanah dan kepercayaan, dan bisa jadi berzina pun ia lakukan.
Seorang imam yang dengan dedikasinya telah melupakan salam, senyum, sapa, sopan dan santun. Seorang imam yang terlena dengan kekuasaan yang membawanya dalam keangkuhan, memandang rendah umatnya, memandang sebelah mata atas masalah umatnya, melecehkan jeritan sipapa dan mengabaikan tangisan bocah-bocah yang merintih, ia hamparkan fatamorgana ketika siburuh mengharapkan bantuan. Bahkan aroma sejuk, asri dan damai kalangan umatnya ia kubur dengan bau bangkai yang sengaja ia bingkai dengan platinum.
Seoarng ilmuwan yang dengan pemikiran-pemikiran jitunya membawa ia bertahta dikursi singgasana. Yang dengan tutur bahasanya menata umat dengan secermat-cermatnya. Namun ditengah kebodohannya itu, diabaikan tanggung jawab sebagai seorang ilmuwan ditengah keluarganya, ia jadikan rumah tangganya bagaikan neraka, ia lantarkan istri, ia bina anak-anaknya dengan tatanan kocar-kacir, ia tempatkan kedzaliman dimana seorang koruptor atau yang khianat ia jadikan aparat. Ia diam seribu bahasa dan tindakan ketika aparatnya ada yang bermaksiat, berdusta, korupsi, dan berzina. Bahkan ia menempatkan kebijakan yang menyimpang dari ajaran islam, sehingga apa yang ia kerjakan bukan mendapat pahala melainkan dosa.
Bilakah itu terjadi ditengah-tengah kita? ketika umat dituntut harus tunduk dan patuh, ketika umat harus menata dengan kedisiplinan, kepercayaan, kejujuran. Ketika umat dilarang berkhianat, bermaksiat dan berdusta, ketika umat harus mengencangkan ikat tali pinggang, ketika umat harus berpisah dari sanak saudaranya. Lalu apa yang terjadi dengan pemimpin dan aparat-aparatnya sendiri...? bagaimana suatu negara (Daulah) akan berdiri bila pimpinanya bertentangan dengan hukum Allah?..bagaimana umat akan berbakti dan bertindak benar bila tidak ada lagi kebenaran dan keadilan? bila tiga macam hadist diatas merajarela, sudah tentu Dienul islam akan hancur, bahkan lenyap dari permukaan bumi ini.
Wahai para pemimpin dan aparat kota, akankah kehidupan ini semakin hancur? setelah tragedi Tsunami, kebanjiran, kebakaran, longsor, wabah penyakit yang tiada henti, masihkah kurang rakyat kecil ini di tindas, masih kurangkah untuk melanggar hukum-hukum Allah, masih kurangkah siksa Allah dimuka bumi ini...???
Masihkah belum puas, korupsi, penimbunan harta karun, pengkhianatan, melantah lumatkan kedamaian, keindahan dan keamanan bagi rakyat kecil? Sudahkah tiada lagi penopang teguh keimanan di jiwa-jiwa kalian...???
Syahdan, sekiranya kita dapat waspada terhadap prilaku-prilaku yang maksiat. Agarlah tiga macam hadist diatas tidak merajalela dipermukaan bumi ini. Dan itu semua kita kembalikan pada jiwa kita masing-masing. Apakah kita akan melenyapkan Dien atau menegakan Li i'lai kalimatillah? Wallahu'alam.
____________________
Referensi : Buletin Amanah
Seoarng ilmuwan yang dengan pemikiran-pemikiran jitunya membawa ia bertahta dikursi singgasana. Yang dengan tutur bahasanya menata umat dengan secermat-cermatnya. Namun ditengah kebodohannya itu, diabaikan tanggung jawab sebagai seorang ilmuwan ditengah keluarganya, ia jadikan rumah tangganya bagaikan neraka, ia lantarkan istri, ia bina anak-anaknya dengan tatanan kocar-kacir, ia tempatkan kedzaliman dimana seorang koruptor atau yang khianat ia jadikan aparat. Ia diam seribu bahasa dan tindakan ketika aparatnya ada yang bermaksiat, berdusta, korupsi, dan berzina. Bahkan ia menempatkan kebijakan yang menyimpang dari ajaran islam, sehingga apa yang ia kerjakan bukan mendapat pahala melainkan dosa.
Bilakah itu terjadi ditengah-tengah kita? ketika umat dituntut harus tunduk dan patuh, ketika umat harus menata dengan kedisiplinan, kepercayaan, kejujuran. Ketika umat dilarang berkhianat, bermaksiat dan berdusta, ketika umat harus mengencangkan ikat tali pinggang, ketika umat harus berpisah dari sanak saudaranya. Lalu apa yang terjadi dengan pemimpin dan aparat-aparatnya sendiri...? bagaimana suatu negara (Daulah) akan berdiri bila pimpinanya bertentangan dengan hukum Allah?..bagaimana umat akan berbakti dan bertindak benar bila tidak ada lagi kebenaran dan keadilan? bila tiga macam hadist diatas merajarela, sudah tentu Dienul islam akan hancur, bahkan lenyap dari permukaan bumi ini.
Wahai para pemimpin dan aparat kota, akankah kehidupan ini semakin hancur? setelah tragedi Tsunami, kebanjiran, kebakaran, longsor, wabah penyakit yang tiada henti, masihkah kurang rakyat kecil ini di tindas, masih kurangkah untuk melanggar hukum-hukum Allah, masih kurangkah siksa Allah dimuka bumi ini...???
Masihkah belum puas, korupsi, penimbunan harta karun, pengkhianatan, melantah lumatkan kedamaian, keindahan dan keamanan bagi rakyat kecil? Sudahkah tiada lagi penopang teguh keimanan di jiwa-jiwa kalian...???
"Perjalanan ini tetap menggugah hati. Janji, ikrar tak seindah bulan dan bintang bersorak.Dimanakah jiwa kerdil ini untuk berbakti? Terlihat diufuk barat, "Sumpah agung" itu.....Terbitkah atau tenggelam...???
Syahdan, sekiranya kita dapat waspada terhadap prilaku-prilaku yang maksiat. Agarlah tiga macam hadist diatas tidak merajalela dipermukaan bumi ini. Dan itu semua kita kembalikan pada jiwa kita masing-masing. Apakah kita akan melenyapkan Dien atau menegakan Li i'lai kalimatillah? Wallahu'alam.
____________________
0 comments:
Post a Comment