Tauhid Rububiyah : Yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Allah menciptakan segala sesuatu ..." [Az-Zumar: 62]
Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, ..." [Hud : 6]
Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." [Ali Imran: 26-27]
Allah telah menafikan sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya. Sebagaimana Dia menafikan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah ..." [Luqman: 11]
"Artinya : Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rizki jika Allah menahan rizkiNya?" [Al-Mulk: 21]
Allah menyatakan pula tentang keesaanNya dalam rububiyah-Nya atas segala alam semesta. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Artinya : Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." [Al-Fatihah: 2]
"Artinya : Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam." [Al-A'raf: 54]
Allah menciptakan semua makhlukNya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musyrik yang menye-kutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyah-Nya.
Artinya : Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?"
[Al-Mu'minun: 86-89]
Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah:
"Artinya : Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?" [Ibrahim: 10]
Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir'aun. Namun demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa alaihis salam kepadanya:
"Artinya : Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu`jizat-mu`jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan binasa". [Al-Isra': 102]
Ia juga menceritakan tentang Fir'aun dan kaumnya:
"Artinya : Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya." [An-Naml: 14]
Tauhid Uluhiyah : Yaitu tauhid ibadah, karena ilah maknanya adalah ma'bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do'a kecuali Allah, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untukNya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untukNya dan karenaNya semata.
Jadi, tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyah . Karena itu seringkali Allah membantah orang yang mengingkari tauhid uluhiyah dengan tauhid rububiyah yang mereka akui dan yakini. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui."
[Al-Baqarah : 21-22]
Allah memerintahkan mereka bertauhid uluhiyah, yaitu menyembahNya dan beribadah kepadaNya. Dia menunjukkan dalil kepada mereka dengan tauhid rububiyah, yaitu penciptaanNya terhadap manusia dari yang pertama hingga yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, penurunan hujan, penumbuhan tumbuh-tumbuhan, pengeluaran buah-buahan yang menjadi rizki bagi para hamba. Maka sangat tidak pantas bagi mereka jika menyekutukan Allah dengan yang lainNya; dari benda-benda atau pun orang-orang yang mereka sendiri mengetahui bahwa ia tidak bisa berbuat sesuatu pun dari hal-hal tersebut di atas dan lainnya.
Maka jalan fitri untuk menetapkan tauhid uluhiyah adalah berdasarkan tauhid rububiyah. Karena manusia pertama kalinya sangat bergantung kepada asal kejadiannya, sumber kemanfaatan dan kemadharatannya. Setelah itu berpindah kepada cara-cara ber-taqarrub kepadaNya, cara-cara yang bisa membuat ridhaNya dan yang menguatkan hubungan antara dirinya dengan Tuhannya. Maka tauhid rububiyah adalah pintu gerbang dari tauhid uluhiyah. Karena itu Allah ber-hujjah atas orang-orang musyrik dengan cara ini. Dia juga memerintahkan RasulNya untuk ber-hujjah atas mereka seperti itu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Katakanlah: 'Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tanganNya berada keku-asaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)Nya, jika kamu mengeta-hui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" [Al-Mu'minun : 84-89]
"Artinya : (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; ..." [Al-An'am : 102]
Dia berdalil dengan tauhid rububiyah-Nya atas hakNya untuk disembah. Tauhid uluhiyah inilah yang menjadi tujuan dari pencipta-an manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." [Adz-Dzariyat : 56]
Arti " Ya'buduun " adalah mentauhidkanKu dalam ibadah. Seorang hamba tidaklah menjadi muwahhid hanya dengan mengakui tauhid rububiyah semata, tetapi ia harus mengakui tauhid uluhiyah serta mengamalkannya. Kalau tidak, maka sesungguhnya orang musyrik pun mengakui tauhid rububiyah, tetapi hal ini tidak membuat mereka masuk dalam Islam, bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerangi mereka. Padahal mereka mengakui bahwa Allah-lah Sang Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Artinya : Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: 'Allah', ..." [Az-Zukhruf : 87]
"Artinya : Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?', niscaya mereka akan menjawab: 'Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Ma-ha Mengetahui'." [Az-Zukhruf : 9]
"Artinya : Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab: "Allah". [Yunus : 31]
Hal semacam ini banyak sekali dikemukakan dalam Al-Qur'an. Maka barangsiapa mengira bahwa tauhid itu hanya meyakini wujud Allah, atau meyakini bahwa Allah adalah Al-Khaliq yang mengatur alam, maka sesungguhnya orang tersebut belumlah mengetahui hakikat tauhid yang dibawa oleh para rasul. Karena sesungguhnya ia hanya mengakui sesuatu yang diharuskan, dan meninggalkan sesuatu yang mengharuskan; atau berhenti hanya sampai pada dalil tetapi ia meninggalkan isi dan inti dari dalil tersebut.
Di antara kekhususan ilahiyah adalah kesempurnaanNya yang mutlak dalam segala segi, tidak ada cela atau kekurangan sedikit pun. Ini mengharuskan semua ibadah mesti tertuju kepadaNya; pengagungan, penghormatan, rasa takut, do'a, pengharapan, taubat, tawakkal, minta pertolongan dan penghambaan dengan rasa cinta yang paling dalam, semua itu wajib secara akal, syara' dan fitrah agar ditujukan khusus kepada Allah semata. Juga secara akal, syara' dan fitrah, tidak mungkin hal itu boleh ditujukan kepada selainNya.
Tauhid Mulkiyah : Yaitu mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita mengesakan Allah terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaanNya terhadap alam ini. Dialah Pemimpin, Pembuat hukum dan Pemerintah kepada alam ini. Hanya landasan kepemimpinan yang dituntut oleh Allah saja yang menjadi ikutan kita. Hanya hukuman yang diturunkan oleh Allah saja menjadi pakaian kita dan hanya perintah dari Allah saja menjadi junjungan kita.
Katakanlah (wahai Muhammad) : “Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan, Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang mencabut kuasa pemerintahan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina siapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah saja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
[Ali Imran : 26]
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" [Al Maidah : 50]
Tauhid Mulkiyah menuntuk adanya ke-wala-an secara totalitas kepada Allah, Rasul dan Amirul Mukmin (selama tidak bermaksiat kepada Allah SWT)
Pemimpin (wali)
Wali adalah sebahagian dari sifat-sifat mulkiyatullah. Ia membawa arti sifat penguasaan iaitu sebagai pelindung, penolong dan pemelihara.
"Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur’an, dan Dia lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang yang berbuat kebaikan." [Al A'raaf : 50]
Pembuat Hukum
Hakiman atau pembuat hukum juga adalah sebahagian dari sifat mulkiyatullah. Ia mesti diikhtiraf oleh manusia dan tunduk hanya kepada hukum-hukum yang telah diturunkan olehNya saja karena hak mencipta hukum itu hanya terhadap kepada Allah semata-mata.
"Apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah, hanyalah nama-nama yang kamu menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah menurunkan sembarang bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum (yang menentukan amal ibadat) hanyalah bagi Allah. Ia memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian itulah agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [Yusuf : 50]
Pemerintah
pemerintah satu lagi sifat mulkiyatullah yang perlu diketahui oleh setiap muslim. Allah memiliki Arasy dan memerintah seluruh mahluk ciptaannya ini dengan ketentuan daripadanya. Dia yang menciptakan dan Dia yang mengarahkan menurut apa yang dikehendakiNya.
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu. Ia bersemayam di atas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam." [Al A'raaf : 50]
Iqraku
15 comments:
Assalamu'alaikum
Tulisannya bagus2x jika berkanan saya undang bergabung di http://btopsites.com
U say: “Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadahnya juga mengakui keesaan rububiyah-Nya”
I say:
Itu adalah bathil.
Orang musyrik tidak pernah mengakui Rububiyah Allah. Rububiyah Allah dan Uluhiyah tidak bisa dipisahkan. Mengakui salah satunya berarti mengakui keseluruhannya. Mengingkari salah satunya berarti mengingkari keseluruhannya. Orang musyrik mengingkari Tauhid Uluhiyah, berarti mereka juga mengingkari Tauhid Rububiyah.
Jika Anda katakan bahwa mereka mengakui keesaan rububiyah Allah, lalu mengapa mereka tak dapat menjawab di dalam qubur ketika ditanya: “Man Robbuka?”
Sungguh, orang2 musyrik itu telah menipu Anda dengan lisan mereka. Dan Anda tidak sadar akan tipuan mereka karena Anda kurang memahami apa yang Allah firmankan.
Katakanlah:”Kalau demikian, maka dari jalan manakah kamu ditipu?”
Perhatikan bagian itu. Itu menunjukkan bahwa orang2 musyrik ini sesungguhnya berdusta. Jika benar mereka mengakui bahwa bumi dan semua yang ada padanya itu adalah kepunyaan Allah, lalu mengapa mereka tidak beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya? Jika benar mereka mengakui bahwa bumi dan semua yang ada padanya itu adalah kepunyaan Allah, lalu dari jalan mana mereka ditipu sehingga mereka menyekutukan Allah?
Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. [QS. Al-Mu-minun: 90]
Ini adalah ajaran Salafi yg bathil. Tinggalkanlah ajaran bathil ini.
menurut QS Al Mu'minun 94-96 yg dikutip artikel di atas: org2 musyrik mengakui bumi diciptakan oleh Allah tapi mereka tak mau menyembah Allah, malah menyembah yang lain...menyekutukan Allah/musyrik..
Mereka tidak dapat menjawab pertanyaan: manrobbuka, karena mereka tidak bertauhid dengan benar..toh pertanyaannya kan tidak 1.tauhid rububiyah,2. tauhid uluhiyah,3. tauhid mulkiyah..
assalamualaikum...
ketika kita bicara RMU Rububiyah Mulkiyah dan Uluhiyah
maka kita temukan itu adalah jabaran dari surat Al Fatihah simpelnya Rob pengatur madahnya aturan konkritnya hukum islam
Malik raja madahnya mulkiyah kekuasaan konkritnya pemerintahan yg memberlakukan rububiyah/Undang2 Allah
Illah/Ma'bud penghambaan madahnya uluhiyah tujuan penghambaan konkritnya UMAT orang yg ikhlas menempatkan aturan hidupnya kepada undang2 Allah didalam pemerintahan islam...kesimpulannya diakhir surat An Nas
ikrarkan Allah sebagai Rob manusia
ikrarkan Allah sebagai pemerintahnya manusia dan ikrarkan illah sebagi sasu satunya tujuan ibadah manusia
assalamu'alaikum...
Apakah semua ayat dalam al quran tidak boleh di ta'wil atau cuma ayat tertentu saya??
Wassalam
ketauhidan berarti menjalankan apa yang menjadi ad-dinnya Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. maka mari sama-sama kita kupas Qur'an kita dengan sebenar-benarnya. ingat syirik itu bagaikan semut hitam di atas bebatuan dalam pekatnya malam.
jazakumullahu khoiron katsiron.
subhanallah
Yang paling umum saya lihat dimanusia hari ini yaitu mereka tidak menyadari bahwa mereka telah musyrik dalam hal kepemimpinan yaitu musyrik mulkiyah.
Konsep pembagian Tauhid menjadi 3 saling bertentangan
https://pemudade.wordpress.com/2015/09/05/tauhid-rububiyyah-dalam-tauhid-3-bagian-melanggar-tauhid-al-asma-was-sifat/
Dalam Al Qur´an tidak ada ayat yang menyatakan orang kafir mengakui Allah sebagai Robb mereka
https://pemudade.wordpress.com/2015/09/05/orang-kafir-mengakui-adanya-allah-bukan-sebagai-robb-mereka/
Sifat Rahmat (kasih sayang) adalah Sifat Utama Rububiyah Allah
https://pemudade.wordpress.com/2015/09/08/sifat-rahmat-kasih-sayang-adalah-sifat-utama-rububiyyah-allah/
Jika seseorang mengakui Allah sebagai Robb baginya.
https://pemudade.wordpress.com/2015/09/28/jika-seseorang-mengakui-allah-sebagai-robb-baginya/
https://pemudade.wordpress.com/2015/10/01/penting-sifat-rububiyah-dengan-mendidik-dan-rahmat/
Rasulullah SAW mengajarkan hubungan antara Allah sebagai Robb (Tuhan Yang Mendidik/Mengasuh) dengan marbubNya (hamba yang dididik/diasuh) adalah hubungan cinta kasih. Jauh sekali dari gambaran hubungan orang kafir dengan Allah seperti yang diajarkan oleh Tauhid Rububiyah ajaran Tauhid 3.
Mengapa pentingnya selalu mengaitkan sifat Rububiyah Allah dengan Pendidik dan Kasih Sayang dapat kita lihat dalam ayat berikut ini
Dalam Tauhid Rububiyah ajaran 3 Tauhid disebutkan bahwa salah satu bukti bahwa orang kafir dan orang beriman sama-sama mengakui Tauhid Rububiyah adalah mereka sama-sama mengakui Allah adalah Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan (QS Yunus 31) .
Kalau kita hanya membaca ayat itu saja, tentu benar bahwa orang beriman dan orang kafir sama-sama mengakui Allah Yang Mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (Menghidupkan dan Mematikan). Namun sebenarnya jauh berbeda kefahaman dan pengakuan orang beriman dengan orang kafir, jika kita mengaitkannya dengan Sifat Maha Mendidik dan Berkasih Sayang. Ini dapat kita lihat dalam QS Al Mulk: 2
(Dialah) yang menjadikan mati dan hidup, agar Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (al-Mulk: 2)
Disitu jelas Allah menyebutkan untuk apa Allah Berkehendak untuk Menghidupkan dan Mematikan. Yaitu adalah untuk menguji manusia, siapa yang baik amalnya, disini kita lihat peranan Allah sebagai Robb (Pendidik). Orang kafir tidak pernah memahami dan mengakuinya seperti orag beriman. Kemudian dalam ayat itu Allah sebut sifatNya yang Maha Perkasa dan Maha Pengampun. Disitu Allah sebutkan Sifat Maha Perkasa Allah yang mampu mematikan dan Menghidupkan, namun Allah Maha Pengampun kepada hambaNya yang mau dididik dan diasuh, yang mau memahami hidupnya di dunia ini adalah ujian semata dan akan diakhiri dengan kematian. Apakah orang kafir juga memahami kehidupan di dunia ini seperti orang kafir?
Banyak ayat-ayat lain yang kalau dikaitkan dengan Sifat Rububiyah Allah yang Maha Pendidik/Pengasuh dan Maha Kasih Sayang, akan berbeda pemahamanya dibanding dengan kefahaman tanpa mengkaitkannya dengan Maha Pendidik/Pengasuh dan Berkasih Sayang
Aslmkm
Mau bertanaya
Kapan adanya tauhid mulqiyah?
Mau bertanya, apakah Rasul merumuskan tauhid yang paling benar dan adakah haditsnya? Jangan berdebat mas buka saja QS 49Ayat15..
sama 3:195.. sunnatullah pasti bagi yg mengikuti jalan Rosul dan sahabat.coba intropeksi
RMU adalah benar cuma pemahaman yang dijelaskan itu tidak lurus. Pemahaman RMU yang benar ialah Rububiyah sebagai ilmu aqidah/tauhid/iman (mengakui keesaan Allah), Mulkiyah sebagai ilmu fiqh/syari‘at/islam (melaksanakan hukum-hukum Allah) dan Uluhiyah sebagai ilmu tasawuf/akhlak/ihsan (mengabdikan diri semata-mata hanya kepada Allah).
Dalam manhaj ASWJ, RMU dikenali sebagai fardhu ‘ain, seorang Muslim wajib mempelajarinya dan harus lengkap ketiga-tiganya. Sekiranya kurang satu, masih dianggap Muslim cuma tidak sempurna keislamannya. Dalil naqlinya ialah hadits Jibril saat mendatangi Rasulullah ﷺ dalam rupa manusia, bertanyakan baginda ﷺ tentang iman, islam dan ihsan.
Pemahaman yang salah di sini apabila mengatakan semua orang bertauhid dengan Rububiyah tetapi dikira kafir jika tidak bertauhid dengan Uluhiyah. Ini tidak benar kerana yang namanya “tauhid” itu mesti mengesakan Allah, mengucap syahadah.
Akibat pemahaman yang salah ini menyebabkan mudah-mudah mengkafirkan dan menyesatkan seorang Muslim sedangkan selagi ia beriman dengan 6 Rukun Iman melalui ucapan syahadah, maka dia masih Muslim cuma sekiranya ia tidak melaksanakan baki 4 Rukun Islam selainnya, maka ia sekadar dikira berbuat dosa, bermaksiat kepada Allah, belum dikira kafir. Begitu juga sekiranya ia berburuk sangka kepada Allah, berbuat riya’, hasad sesama manusia, dan sebagainya, maka ini dikira sebagai maksiat hati dan berdosa, belum dikira kafir selagi masih beriman dengan 6 Rukun Iman. Soal maksiat hati inilah yang berkaitan Uluhiyah, bab tasawuf/akhlak/ihsan.
Dari itu, pentingnya ilmu fardhu ‘ain, wajib ke atas setiap Muslim.
Post a Comment