
Dalam sebuah riwayat banyak disebutkan bahwa Rasulullah saw adalah gudangnya ilmu. Dan Ali Bin Abi Tholib adalah kuncinya ilmu. Sampai-sampai terdengarlah berita tersebut ke telinga orang-orang yahudi. Orang-orang yahudi menjadi penasaran sekali tatkala berita tersebut sudah menjadi head line dan bahan perbincangan dimana-mana. Bukankah Alloh telah melebihkankan mereka (yahudi) diatas kaum yang lain? pikir mereka. Tetapi mengapa masih ada manusia yang disebut sebagai gudang dan kuncinya ilmu? apalagi datangnya dari kalangan islam.
Pada suatu hari diputuskanlah bahwa mereka akan mencoba kemampuan dari Ali Bin Abi Tholib terlebih dahulu sebagai kunci ilmu. Kemudian dikirimlah tiga orang yang paling pandai dikalangan orang yahudi untuk menguji Ali Bin Abi Tholib. Ketika bertemu dengan Ali Bin Abi Tholib maka salah seorang diantara mereka memperkenalkan diri dan langsung memberikan pertanyaan kepada beliau. "Bilangan berapakah yang habis dibagi dengan bilangan 1 sampai dengan 10 ? "Kata orang pertama. Secara spontan Ali pun menjawab: "Jumlah harimu dalam seminggu, kalikan dengan dengan jumlah harimu dalam sebulan, kalikan dengan jumlah bulanmu dalam setahun. Orang pertama itupun terperangah...:Bagaimana Ali dapat menjawab sedemikian cepat dan tepat? Padahal ia telah mempersiapkan pertanyaan itu beberapa hari sebelumnya? Demikian hal yang ada dibenaknya.
Kemudian datanglah orang kedua. Setelah memperkenalkan diri maka ia pun langsung mengajukan pertanyaan. "Wahai Ali, bukankah tuhanmu dapat membuat segalanya?", " Benar" jawab Ali dengan tegas. "nah, sekarang dapatkah tuhanmu membuatkan suatu benda dimana jika segala sesuatu yang ada di alam ini dan seisinya, dimasukan kedalamnya benda tersebut muat dan tidak akan pecah? "Ali merenung sejenak, kemudian berkata, "Dapat". Bukankah benda tersebut sudah ada pada diri kalian dan diriku? "Apakah yang engkau maksud, hai Ali? "Kata ketiga orang yahudi serempak. "Mata kalian adalah yang dimaksud?" Jawab Ali. Dalam hati ketiga orang yahudi ini mengatakan, betul juga yach....
Orang ketiga yang dari tadi kesal karena pertanyaan rekannya dijawab dengan mudah oleh Ali, langsung menyodorkan kepada Ali sebuah pertanyaan, "Hai, Ali dapatkah engkau membuktikan bahwa tuhan itu ada?"Mendengar pertanyaan ini agak kaget juga, beliau berpikir keras untuk menjawab pertanyaan ini. Namun beliau menjawab lagi, "Dapatkah engkau merasakan desiran angin? " Tentu saja, rambutku bergerak itu adalah bukti aku dapat merasakan desiran angin?". Jawab orang itu. "Dapatkah engkau melihat angin itu?" tanya Ali. "Tentu tidak" singkat orang itu. "Nah, Makhluknya saja ada yang seperti itu, bagaimana dengan penciptanya? Jawab Ali. Singkat cerita ketiga orang yahudi itu pulang dengan menggeleng-gelengkan kepala sambil tidak habisnya-habisnya berpikir...Kalau kuncinya ilmu saja seperti ini, bagaimana dengan gudangnya ilmu (Rasulullah saw)?
Riwayat itu hanyalah salah satu contoh dari beribu kasus yang terjadi di zaman Rasulullah saw. Dari riwayat tersebut kita dapat melihat bagaimana kecerdikan Ali Bin Abi Tholib menghadapi orang-orang yang sengaja ingin mengetahui kemampuannya. Semua jawaban yang diberikan adalah berdasarkan pengetahuan yang beliau dapatkan. Dengan pengetahuan itu sosok Ali mampu menempatkan Dienul Islam dalam tataran tertinggi di bidang ilmu pengetahuan. Islam menjadi perhitungan bagi setiap musuh-musuhnya. Perbincangan tentang dalamnya pengetahuan yang dimiliki kaum muslimin saat itu mengguncangkan dunia. Dengan pengetahuan yang tinggi mereka tundukan dunia, mereka tegakan Islam. Memang begitulah seharusnya sikap yang dimiliki oleh setiap muslim, belajar dan beramal menjadi sebuah siklus yang terus berjalan dalam setiap waktu di kondisi apapun. Belajar tidaklah selalu membutuhkan tempat dan biaya yang besar. Banyak sarana yang tersedia, tergantung kepada kita mau memanfaatkannya atau tidak.
Disadari atau tidak, kefaqihan dan kepahaman terhadap sebuah ilmu pengetahuan adalah termasuk salah satu faktor penentu kemenangan Dien ini. Dan itu telah dibuktikan oleh para sahabat radhiallahuanhu. Kalau kita memperhatikan siroh, disitu banyak terlihat betapa piawainya rasulullah saw, dalam memimpin dan menjalankan strategi. Disana bukan hanya strategi perang yang dibutuhkan, tetapi juga bagaimana cara berpolitik, bernegoisasi, berekonomi, bahkan sampai kepada teknologi. Karena secara bersamaan kebutuhan ilmu pengetahuan yang beragam itu akan dibutuhkan dalam mengatur masyarakat, negara dan dunia ini.
Wallohualam bisshowab
_______________
Sumber : Al-Fath
Pada suatu hari diputuskanlah bahwa mereka akan mencoba kemampuan dari Ali Bin Abi Tholib terlebih dahulu sebagai kunci ilmu. Kemudian dikirimlah tiga orang yang paling pandai dikalangan orang yahudi untuk menguji Ali Bin Abi Tholib. Ketika bertemu dengan Ali Bin Abi Tholib maka salah seorang diantara mereka memperkenalkan diri dan langsung memberikan pertanyaan kepada beliau. "Bilangan berapakah yang habis dibagi dengan bilangan 1 sampai dengan 10 ? "Kata orang pertama. Secara spontan Ali pun menjawab: "Jumlah harimu dalam seminggu, kalikan dengan dengan jumlah harimu dalam sebulan, kalikan dengan jumlah bulanmu dalam setahun. Orang pertama itupun terperangah...:Bagaimana Ali dapat menjawab sedemikian cepat dan tepat? Padahal ia telah mempersiapkan pertanyaan itu beberapa hari sebelumnya? Demikian hal yang ada dibenaknya.
Kemudian datanglah orang kedua. Setelah memperkenalkan diri maka ia pun langsung mengajukan pertanyaan. "Wahai Ali, bukankah tuhanmu dapat membuat segalanya?", " Benar" jawab Ali dengan tegas. "nah, sekarang dapatkah tuhanmu membuatkan suatu benda dimana jika segala sesuatu yang ada di alam ini dan seisinya, dimasukan kedalamnya benda tersebut muat dan tidak akan pecah? "Ali merenung sejenak, kemudian berkata, "Dapat". Bukankah benda tersebut sudah ada pada diri kalian dan diriku? "Apakah yang engkau maksud, hai Ali? "Kata ketiga orang yahudi serempak. "Mata kalian adalah yang dimaksud?" Jawab Ali. Dalam hati ketiga orang yahudi ini mengatakan, betul juga yach....
Orang ketiga yang dari tadi kesal karena pertanyaan rekannya dijawab dengan mudah oleh Ali, langsung menyodorkan kepada Ali sebuah pertanyaan, "Hai, Ali dapatkah engkau membuktikan bahwa tuhan itu ada?"Mendengar pertanyaan ini agak kaget juga, beliau berpikir keras untuk menjawab pertanyaan ini. Namun beliau menjawab lagi, "Dapatkah engkau merasakan desiran angin? " Tentu saja, rambutku bergerak itu adalah bukti aku dapat merasakan desiran angin?". Jawab orang itu. "Dapatkah engkau melihat angin itu?" tanya Ali. "Tentu tidak" singkat orang itu. "Nah, Makhluknya saja ada yang seperti itu, bagaimana dengan penciptanya? Jawab Ali. Singkat cerita ketiga orang yahudi itu pulang dengan menggeleng-gelengkan kepala sambil tidak habisnya-habisnya berpikir...Kalau kuncinya ilmu saja seperti ini, bagaimana dengan gudangnya ilmu (Rasulullah saw)?
Riwayat itu hanyalah salah satu contoh dari beribu kasus yang terjadi di zaman Rasulullah saw. Dari riwayat tersebut kita dapat melihat bagaimana kecerdikan Ali Bin Abi Tholib menghadapi orang-orang yang sengaja ingin mengetahui kemampuannya. Semua jawaban yang diberikan adalah berdasarkan pengetahuan yang beliau dapatkan. Dengan pengetahuan itu sosok Ali mampu menempatkan Dienul Islam dalam tataran tertinggi di bidang ilmu pengetahuan. Islam menjadi perhitungan bagi setiap musuh-musuhnya. Perbincangan tentang dalamnya pengetahuan yang dimiliki kaum muslimin saat itu mengguncangkan dunia. Dengan pengetahuan yang tinggi mereka tundukan dunia, mereka tegakan Islam. Memang begitulah seharusnya sikap yang dimiliki oleh setiap muslim, belajar dan beramal menjadi sebuah siklus yang terus berjalan dalam setiap waktu di kondisi apapun. Belajar tidaklah selalu membutuhkan tempat dan biaya yang besar. Banyak sarana yang tersedia, tergantung kepada kita mau memanfaatkannya atau tidak.
Disadari atau tidak, kefaqihan dan kepahaman terhadap sebuah ilmu pengetahuan adalah termasuk salah satu faktor penentu kemenangan Dien ini. Dan itu telah dibuktikan oleh para sahabat radhiallahuanhu. Kalau kita memperhatikan siroh, disitu banyak terlihat betapa piawainya rasulullah saw, dalam memimpin dan menjalankan strategi. Disana bukan hanya strategi perang yang dibutuhkan, tetapi juga bagaimana cara berpolitik, bernegoisasi, berekonomi, bahkan sampai kepada teknologi. Karena secara bersamaan kebutuhan ilmu pengetahuan yang beragam itu akan dibutuhkan dalam mengatur masyarakat, negara dan dunia ini.
Wallohualam bisshowab
_______________
Sumber : Al-Fath
1 comments:
assalamulaikum w.w.
Salam perdana. Alhamdlillah menarik dan bagus sekali isi blog ini. Saya ingin blog saya seperti anda tapi apa daya kemampuan saya belum sampai ke tingkat anda. Teruskan posting yang terbaru.
wassalam
Badris Nur
Post a Comment